Jadi Korban Tewas Kerusuhan Wamena, Dokter Soeko Marsetiyo Punya Alasan Haru Abdikan Diri di Papua
Dokter Soeko Marsetiyo, yang bertugas di Tolikara, Papua, meninggal setelah menjadi korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
"Pokoknya di Papua itu sudah 15 tahun. Kira-kira sejak 2003 atau 2004," tambahnya.
Tugas di Papua membuat keluarga harus rela tidak bisa setiap saat bertemu dengan Dokter Soeko Marsetiyo.
Bahkan, untuk sekedar melepas kangen melalui telepon saja harus dua minggu sekali.
"Tinggal di Papua itu jadi keterbatasan waktu bertemu kita dan tahu sendiri daerah Tolikara itu susah sinyal. Jadi, kalau tidak salah, dia setiap dua minggu sekali turun untuk telepon," katanya.
Diungkapkannya, sehari sebelum kejadian Dokter Soeko Marsetiyo sempat mengirim SMS ke beberapa orang keluarganya.
"Sehari sebelumnya itu ternyata dia sempat mengirimkan SMS ke beberapa om (paman) dan tante.
Isinya potongan ayat Kursi, kita tidak mengerti maksudnya apa, terus tiba-tiba dengar kabar seperti ini," ujarnya
Sementara itu, Kepala Balai Penanggulangan dan Pengendalian AIDS, Tuberkolosis dan Malaria (ATM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua dr Beeri Wopari mengatakan, dokter Soeko Marsetiyo bertugas di Tolikara sejak tahun 2013.
"Lebih banyak bertugas di Puskesmas, artinya di daerah terpencil, kurang lebih dua jam dari ibu kota kabupaten.
Dua jam itu dengan medan yang berat dan beliau lebih banyak di sana, tetapi memang pilihan beliau tugas di pedalaman," ungkapnya.
Disampaikannya, di tempat tugasnya, dokter Soeko Marsetiyo sangat dekat dengan masyarakat.
"Beliau ini sangat disayangi oleh masyarakat disana. Kita tenaga kesehatan masih sangat kurang, terutama di daerah-daerah pedalaman, jadi dengan beliau berpulang tentu untuk mengisi tenaga dokter kembali itu tidak mudah," ujarnya.
Kepergian dokter berusia 53 tahun ini menjadi duka dunia kesehatan Indonesia.
Sekitar pukul 16.09 WIB, mobil ambulans yang membawa jenazah Dokter Soeko Marsetiyo tiba di pemakaman keluarga, Kejambon Lor, RT 03/RW13 Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman.
Isak tangis keluarga pecah seiring kedatangan jenazah dokter berusia 53 tahun ini.