Maraknya 'Human Trafficking' di NTT, Banyak Korban Perdagangan Manusia Anak dari Keluarga Miskin
Belum termasuk tenaga kerja ilegal yang jumlahnya capai puluhan ribu orang. Para TKI ilegal itu sebagian besar merupakan korban perdagangan manusia.
Butuh tenaga ekstra untuk sampai ke desa itu, karena harus melintasi dua sungai kering dan jalan terjal berlubang dan penuh bebatuan besar berserakan di sepanjang jalan.
Bahkan, jelang 100 meter hendak masuk ke Kampung Fatukoko, sebatang pohon kelapa kering dengan panjang empat meter melintang menutup jalan.
Praktis tak ada jalan alternatif. Kami berempat dengan sekuat tenaga lalu memindahkan batang pohon kelapa untuk melanjutkan perjalanan.
Tiba di Desa Fatukoko, kami langsung menuju rumah seorang warga yang bernama Agustina Naku.
Kami disambut ramah oleh Agustina dan beberapa orang kerabatnya. Mereka ramai-ramai menyampaikan keluhan soal beberapa anak mereka yang hilang tanpa kabar hingga hari ini, akibat menjadi korban perdagangan manusia.
• Dituduh Curi Cincin Tanpa Bukti, Viral Video Gadis Belia Disetrum di Depan Warga hingga Lemas di NTT
Uang sirih pinang
Sejumlah anak asal Desa Fatukoko yang menghilang tanpa kabar, di antaranya Metilia Usboko, Marselia Nenobota, Amelinda Takentanu dan Silvina Usboko.
Agustina Naku mengaku, putrinya Metilia Usboko yang berusia 26 tahun, menghilang dari rumahnya sejak menjadi murid kelas VI di SD Fatukoko.
Metilia hilang dari rumah, sekitar pertengahan April 2004 silam. Metilia sempat meminta izin untuk bekerja bersama sepupunya di Kupang.
“Saat itu, dia datang bersama seorang laki-laki yang mengaku dari Soe. Laki-laki itu meminta saya agar Metilia bekerja di Malaysia sebagai pekerja di restoran dengan gaji yang besar. Dis kasih saya uang sirih pinang sebesar Rp 1,5 juta," ungkap Agustina.
Uang yang diberikan itu lanjut Agustina, kemudian diterimanya dan digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Meski menerima uang, Agustina sempat menolak anaknya bekerja ke luar negeri. karena masih terlalu kecil.
Apalagi saat itu Metilia masih sekolah. Metilia kemudian minta izin lagi untuk menghubungi sepupunya, tapi rupanya dia kabur sampai hari ini dan tak kunjung kembali.
Beberapa minggu setelah pergi dari rumah, Metilia sempat menghubungi kakak kandungnya yang bekerja di Kalimantan.
Dia mengabarkan kalau Metilia sudah berada di Jakarta.

“Anak saya yang kerja di Kalimantan lalu menelpon saya dan memberitahu kalau saat ini Metilia sudah di Jakarta. Saya pun sempat terpukul mendengar kabar itu sehingga saya kasih tahu kakaknya agar menyampaikan pesan ke Metilia, bahwa kamu sudah ambil keputusan untuk kerja sehingga harus dipikul sendiri, apalagi usianya belum pantas untuk bekerja,” ucap dia.