Virus Corona
Tak Peka dengan Bau dan Rasa Jadi Gejala Baru Orang Terinfeksi Covid-19, Tanpa Sadar Menyebar Virus
Seiring perkembangan wabah Covid-19, belakangan banyak pasien yang terinfeksi virus corona tanpa menunjukkan gejala penyakit yang khas.
TRIBUNMATARAM.COM - Seiring perkembangan wabah Covid-19, belakangan banyak pasien yang terinfeksi virus corona tanpa menunjukkan gejala penyakit yang khas.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, gejala umum infeksi virus corona penyebab Covid-19 adalah demam, batuk kering, dan sesak napas.
Selain ketiga gejala utama di atas, pasien positif Covid-19 juga mengalami kelelahan, nyeri, sakit tenggorokan, diare, mual, dan pilek.
• UPDATE Perkembangan Virus Corona di Indonesia, 686 Kasus Hingga Kebijakan Baru Presiden Jokowi
Gejala penyakit tersebut umumnya muncul dalam rentang waktu dua sampai 14 hari sejak penderita terinfeksi virus corona jenis SARS-CoV-2.
Berpotensi menjadi "super speader"

Sejumlah ahli di beberapa negara kini menambahkan ciri-ciri minor infeksi virus corona yang dialami sejumlah pasien tanpa gejala, yakni tak bisa merasakan bau dan lidah terasa hambar secara mendadak.
Melansir Live Science (23/3/2020), indra penciuman yang tidak peka (anosmia) dan lidah jadi pahit atau hambar secara tiba-tiba dilaporkan pasien Covid-19 di Inggris, AS, Iran, Prancis, Jerman, Korea Selatan, sampai Italia.
Ahli telinga, hidung, tenggorokan (THT) Inggris, Claire Hopkins, mengaku telah memeriksa pasien Covid-19 yang tiba-tiba tak peka bau dan rasa. Semua pasiennya tersebut berusia di bawah 40 tahun.
"Saya kira pasien-pasien tanpa gejala (demam, batuk, sesak napas) seperti ini beberapa di antaranya tanpa sadar menyebarkan penyakit dengan cepat (super speader)," kata Hopkins.
• Merasakan Gejala Covid-19 Setelah Baca Berita Virus Corona? Kemungkinan Psikosomatis, Hati-hati!
Dr. Hendrik Streeck dari institut virologi di Jerman juga menyampaikan, dokter di University Hospital Bonn mendapati 70 persen pasien Covid-19 tak peka bau dan rasa selama beberapa hari.
"Ada ibu yang tidak bisa mencium bau popok anaknya yang sudah penuh kotoran.
Ada yang tidak bisa mencium bau sampo. Ada yang mengeluh makan terasa hambar," kata Streeck kepada Frankfurter Allgemeine.
Para ahli tersebut belum dapat menyimpulkan dengan pasti kapan gejala tak peka bau dan rasa ini muncul pada penderita infeksi virus corona.
Namun, mereka menyimpulkan ciri-ciri infeksi virus corona tersebut muncul pada infeksi tahap lanjut.
• Penjelasan Lengkap Soal Hantavirus yang Tewaskan 1 Pria China, Gejala, Proses Penularan & Vaksin
Waspada, anak muda bisa terinfeksi tanpa gejala
Di masa pandemi virus corona, para ahli menyarankan agar orang yang tiba-tiba tidak peka bau dan rasa bersedia melakukan karantina mandiri selama tujuh hari.
Tujuannya, mengantisipasi penyebaran wabah Covid-19 dari penderita positif virus corona yang terkadang tidak menunjukkan gejala (asimtomatik) atau hanya mengalami gejala ringan.
Melansir Business Insider, bebebapa kasus infeksi virus corona pada anak muda, terutama yang memilikii daya tahan tubuh prima, tidak mengalami demam tinggi dan batuk terus-menerus. (Kompas.com/ Mahardini Nur Afifah/ Mahardini Nur Afifah)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Peka Bau dan Rasa Bisa Jadi Gejala Infeksi Virus Corona"
Dan di Tribunnews.com dengan judul Tanpa Sadar Menyebar Virus, Ini Gejala Baru Pasien Muda Covid-19 Tak Peka dengan Bau dan Rasa

Merasakan Gejala Covid-19 Setelah Baca Berita Virus Corona? Kemungkinan Psikosomatis, Hati-hati!
Virus Corona menyebar dengan cepat, rasakan gejala covid-19 setelah baca berita, jangan langsung panik, kemungkinan psikosomatis, ini penjelasannya.
Penyebaran virus corona di seluruh dunia sangat cepat.
Hal ini menimbulkan kecemasan publik terkait penyakit Covid-19 ini.
Apalagi dengan berita soal virus corona mulai dari gejala hingga penyebarannya.
Banyak orang menjadi parno dan merasakan gejala yang disebarkan lewat berbagai media.
• Positif Covid-19, Pasien Muda Ungkap Gejala Virus Corona yang Dirasakan: Tak Bisa Makan & Bicara
Dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com, kekhawatiran ini membuat tubuh merasakan gejala layaknya Covid-19.
Hal ini membuat pikiran makin panik karena merasa terinfeksi virus corona.

Dokter dari The International Psychology Clinic, dr. Martina Paglia mengatakan sangat mungkin banyak orang bergejala mirip virus corona hanya karena kecemasan.
Lebih lanjut, pikiran ternyata tak bisa membedakan bahaya nyata dan yang dirasakan.
Saat merasa terancam dan rentan, adrenalin akan mengalir ke seluruh tubuh.
Peningkatan kecemasan ini akan memicu nyeri dada, pusing, sesak napas hingga merasa demam.
Dokter mengingatkan agar jangan cemas dan panik, kemungkinan besar hal ini adalah psikosomatis daripada terserang virus.
Apa itu psikosomatis?
Dilansir Psychology Today, penyakit psikosomatis atau psikosomatik adalah suatu penyakit di mana pikiran bawah sadar menghasilkan gejala fisik tanpa adanya penyakit.
Biasanya pasien sudah mendatangi petugas medis, namun tidak menemukan penjelasan medis. Sehingga mereka disarankan untuk terapi.
Dikutip Patient Info, psikosomatik berarti pikiran (jiwa) dan tubuh (soma). Gangguan psikosomatik adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh.
• Penjelasan Lengkap Soal Hantavirus yang Tewaskan 1 Pria China, Gejala, Proses Penularan & Vaksin
Tidak menular secara fisik
Dilansir Psychology Today, meskipun penyakit psikosomatik tidak menular secara fisik, penyakit ini menular secara emosional.
Bisa secara pribadi maupun kelompok melalui informasi yang dibagikan di media sosial.
Wheaton dalam penelitiannya yang berjudul Psychological Predictors of Anxiety in Response to the H1N1 (Swine Flu) Pandemic, mengungkapkan hubungan antara wabah dan psikosomatik.
Di antara temuannya adalah wabah yang dipublikasikan secara luas dapat menyebabkan penyakit psikogenik massal.
Artinya orang sehat bisa salah mengartikan sensasi tubuh yang tidak serius seperti merasa sesak napas atau pusing sebagai bukti bahwa mereka sedang sakit.
Penelitian juga mencatat bahwa kesalahan diagnosis dapat menyebabkan kewaspadaan berlebihan, meningkatkan kecemasan, dan perilaku keselamatan ekstrem.
Dampaknya negatif bagi masyarakat, seperti terlalu banyak menggunakan sumber daya medis (masker, hand sanitizer, dan lainnya), bahkan kehilangan pekerjaan.
• Belum Selesai Virus Corona, Pria di China Meninggal karena Hantavirus, Ini Hewan Penyebarnya
Mengatasinya
Beberapa saran yang bisa diterapkan, seperti dilansir Psychology Today antara lain:
- Pahami bahwa virus corona seperti wabah lainnya, ini akan berlalu.
- Seimbangkan antara informasi dan inspirasi (seperti berita baik dari corona dan kisah pasien sembuh). Hal itu dapat membantu Anda mundur ke belakang dan melihat pandemi ini secara lebih luas.
- Tetap lakukan disinfeksi dan pola hidup sehat.
- Media sosial digunakan untuk tetap terhubung tapi tetap berhati-hati dalam mengonsumsi informasi.
• Sempat Ditentang Keluarga Saat Rawat Pasien Covid-19, Petugas Medis Ruang Isolasi: Ini Tugas Negara
WHO juga memberikan saran serupa, yaitu:
- Hindari menonton, membaca, atau mendengarkan berita yang membuat Anda cemas atau tertekan.
- Carilah informasi terkini pada waktu tertentu. Sekali atau dua kali sehari saja.
- Tetap terhubung dengan jejaring sosial Anda. Jika dibatasi dalam pertemuan, gunakan media sosial.
- Dalam situasi isolasi, cobalah sebisa mungkin untuk menjaga rutinitas harian pribadi Anda.
- Selama masa-masa stres, perhatikan kebutuhan dan perasaan Anda sendiri. Misalnya lakukan hal yang membuat sehat dan rileks namun dapat Anda nikmati.
- Berolahragalah secara teratur, jaga rutinitas tidur, dan makan makanan sehat. (TribunMataram.com/Asytari Fauziah)