Virus Corona
Tak Cuma Ada 6 Gejala Baru, Positif Virus Corona Miliki 2 Tanda Lain: Halusinasi Hingga Sulit Bicara
Setelah ada 6 gejala baru Covid-19 yang digaungkan WHO, virus corona disebut miliki 2 lagi tanda gejala positif, dari halusinasi hingga sulit bicara.
TRIBUNMATARAM.COM - Setelah ada 6 gejala baru Covid-19 yang digaungkan WHO, virus corona disebut miliki 2 lagi tanda gejala positif, dari halusinasi hingga sulit bicara.
Pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan mengenai gejala baru virus corona Covid-19.
Tak hanya menyerang kesehatan fisik, virus corona Covid-19 juga bisa menyerang sisi psikis seperti kesulitan berbicara dan halusinasi.
Sebelumnya, gejala-gejala umum yang muncul pada orang yang terinfeksi virus corona yakni demam, sesak napas, batuk, flu, dan dapat juga tidak tampak gejala.
Dilansir dari Metro.co.uk, Senin (18/5/2020) dari Kompas.com, saat ini WHO telah menyatakan bahwa kesulitan berbicara dan kurangnya gerakan juga dapat menjadi gejala virus corona.
"Sebagian besar orang yang terinfeksi virus Covid-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus," ujar pakar WHO.
• Kata Jusuf Kalla soal Opsi Herd Immunity untuk Atasi Corona, Beri Peringatan agar Tak Coba-coba
• UPDATE Corona Dunia Rabu 20 Mei 2020, Total 4,9 Juta Pasien, China Meningkat di Peringkat 13

Kesulitan berbicara
Sementara itu, WHO juga menjelaskan bahwa gejala serius dari terinfeksi virus corona yakni kesulitan / sesak napas, nyeri di dada, dan kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kesulitan dalam berbicara juga bisa menjadi tanda dampak virus corona dan pada kesehatan mental.
Peneliti di Orygen dan La Trobe University di Melbourne melaporkan, beberapa pasien telah mengalami episode psikotik sebagai akibat dari virus corona.
Dr Ellie Brown, penulis utama studi ini, menggambarkan Covid-19 sebagai pengalaman yang membuat stres bagi semua orang, terutama mereka yang memiliki kebutuhan kompleks.
Menurutnya, menghabiskan waktu yang lama dalam isolasi atau tanpa kontak keluarga dapat memicu tekanan psikososial yang substansial, yang menyebabkan episode psikosis.
Pasien juga dapat mengalami gejala seperti halusinasi, pikiran yang terganggu, atau mendengar suara.
Profesor Richard Gray, peneliti lainnya mengatakan mereka yang mengalami psikosis membutuhkan lebih banyak bantuan dalam menangani pandemi.
"Ini adalah kelompok yang mungkin akan membutuhkan lebih banyak dukungan, dengan isolasi, jarak fisik, mencuci tangan, dan lainnya."