Meski Penuh Polemik, Nadiem Makarim Nilai PPDB Sistem Zonasi Sebagai 'Revolusi Senyap'
Pasalnya, kata Nadiem, dengan PPDB zonasi maka anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu kini bisa masuk ke sekolah-sekolah negeri.
Sayangnya, nilai Arista juga tak mencukupi lantaran SMA 12 jurusan IPS mengharuskan bobot nilai 7.800.
Selain itu, Ia juga memilih jurusan IPA di SMA yang sama namun kembali tak diterima lantaran bobot nilai jurusan tersebut adalah 7.900.
• Sekolah Masih Berlangsung Online, Bupati Banyumas Larang Keras Ada Pungutan Apapun untuk Orang Tua
"Kemudian pilih juga SMA 21 jurusan IPS itu pilihan rendahnya nilai terendahnya 7.800, kemudian beliau juga SMA 36 jurusan IPS itu kemudian dia juga (pilih) SMA 45, SMA 102, itu nilai terendahnya 7.700. Sehingga sampai dengan tanggal 8 itu belum lulus kalau ngikutin sekolah-sekolah yang tadi Arista sempat biding," ungkap Syaefuloh.
Selanjutnya pada tanggal 8 Juli, Disdik juga sempat menugaskan kepala seksi beserta 1 orang kepala SMA untuk menyarankan dan memberikan portofolio.
Dengan nilai 7.763, Arista masih dimungkinkan dapat diterima di SMA Negeri 115. Namun, Arista disebut tidak berminat dengan tawaran tersebut.
"Tapi waktu itu yang bersangkutan tetap kekeuh enggak mau ke 115 kita kan enggak bisa memaksakan," tuturnya.
Kemudian pada tanggal 8 Juli pukul 15.01 WIB, saat jalur tahap akhir ditutup, Arista baru menyampaikan jika berminat masuk ke SMA 115.
Sayangnya sudah tak bisa lantaran sistem online tertutup otomatis dan tak ada pendaftaran manual.
"Kemudian pukul 15.01 beliau baru menyampaikan ke kita kalau oke saya mau mendaftar di 115 sistemnya sudah tutup. Sudah enggak bisa lagi, kami udah enggak bisa memasukkan itu," kata dia.
Meski demikian, Syaefuloh mengaku bakal kembali mengutus jajarannya untuk menawarkan Arista masuk ke sekolah swasta.
"Kami tetap menawarkan ada PKBM paket kesetaraan paket C itu negeri itu Negeri dan menurut kami tidak ada bedanya antara kesetaraan dengan SMA formal. Kemudian kami juga tawarkan kalau mau ke SMA swasta ini akan dampingi kalau bicara kesulitan kita bantu komunikasi dengan sekolah," tutupnya. (Kompas.com/ Ardito Ramadhan/ Bayu Galih/ Ryana Aryadita Umasugi/ Sabrina Asril)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nadiem Makarim Sebut PPDB Zonasi sebagai "Silent Revolution"" dan "Siswi Peraih 700 Piala Tak Diterima di SMA Mana Pun, Ini Penjelasan Disdik Jakarta"
BACA JUGA : Tribunnewsmaker.com dengan judul Nilai PPDB Sistem Zonasi Sebagai 'Revolusi Senyap', Nadiem Makarim: Prinsip Keadilan Sosial