Berita Terpopuler
POPULER Kisah Para Tukang Gali Kubur Harian, Tak Ada Penghasilan, Terpaksa Utang Sana-sini
Para tukang gali kubur yang kebanyakan berasal dari Brebes, Jawa Tengah ini pun terpaksa bertahan dengan uang Rp 250 ribu per bulan.
TRIBUNMATARAM.COM - Pandemi Covid-19 turut berimbas pada penghasilan tukang kubur harian di Ibu Kota.
Para tukang gali kubur yang kebanyakan berasal dari Brebes, Jawa Tengah ini pun terpaksa bertahan dengan uang Rp 250 ribu per bulan.
Meski demikian, tertawa dan bersyukur bagi Wari (55), Kasuad (50), dan Danu (52) seperti obat ampuh di saat menghadapi pandemi Covid-19.
Baca juga: POPULER Keluarga Tak Mampu Bayar 32Juta, Jenazah TKW Ini Terpaksa Dikubur di Malaysia
Baca juga: Awalnya Curiga 2 Pria Gali Pekarangan Malam-malam, Saat Dibuka Ada Mayat Bayi Dikubur Sedalam 30 cm
Mereka dibuat pusing lantaran terlilit utang harian dan urusan nafkah keluarga di kampung.
Berusaha sambil berharap untuk terus dapat bekerja selalu mereka lakukan setiap hari.
Rabu (28/10/2020) siang itu, Wari, Kasuad, dan Danu duduk di pinggir Jalan Adhyaksa Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta.
Wari dan Kasuad duduk di pingir selokan, sedangkan Danu duduk di sebidang tanah di pinggir jalan.
Mereka adalah para tukang gali harian yang menjajakan jasanya setiap hari di pinggi Jalan Adhyaksa.
"Pas pandemi itu penghasilan turun drastis. Turun 75 persen. Kalau sebulan bisa dapat Rp 1 juta, sekarang paling dapat Rp 250.000," kata Danu saat ditemui Rabu lalu.
Gelak tawa keluar saat berbicara berkurangnya pekerjaan. Namun, raut muka jelas terlihat jika mereka membicarakan pekerjaan mereka.
Curahan hati mereka terdengar di tengah kenalpot motor yang kerap meraung-raung di telinga.
"Cari makan susah banget buat kebutuhan di rumah. Enggak kayak biasanya, sebulan cuma libur sehari dua hari. Sekarang Pemasukan enggak ada. Proyek sekarang kan banyak dikurangi. Tukang gali dari Brebes ngeluh semua karena pandemi Covid-19," kata Danu.

Baginya keluhan jelas ada. Hidup di Jakarta bersama teman-teman baginya adalah hiburan.
Tak ada pekerjaan, mereka tetap tertawa dan bersyukur.
Hantaman pandemi Covid-19 juga dirasakan oleh Kasuad. Sudah empat bulan terakhir, ia hanya bisa bekerja selama dua minggu jika ditotal. Kiriman ke kampung mampet.