Teroris MIT Terpacu Bunuh Satu Keluarga di Sigi karena Sensitif & Merasa Tak Lagi Didukung Warga

Belakangan diketahui alasan MIT memutuskan berbuat keji lantaran merasa sensitif dan merasa warga tak lagi memberikan dukungan.

(ANTARA FOTO via Kompas.com/Mohamad Hamzah)
Sebuah mobil pasukan Brimob Polri melintas di sekitar perkampungan warga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (29/11/2020). Aparat keamanan masih memburu para pelaku penyerangan yang diduga dilakukan kelompok teroris MIT pimpinan Ali Kalora yang terjadi pada Jumat (27/11/2020) lalu yang menewaskan empat orang warga desa setempat. ANTARA FOTO/Faldi/Mohamad Hamzah/aww. 

TRIBUNMATARAM.COM - Kesadisan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) membunuh satu keluarga di Sigi masih terus menjadi perbincangan.

Belakangan diketahui alasan MIT memutuskan berbuat keji lantaran merasa sensitif dan merasa warga tak lagi memberikan dukungan.

Hal tersebut disampaikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT).

Tak hanya menewaskan empat orang anggota keluarga, enam rumah warga juga rusak karena dibakar(Dokumentasi Satgas Tinombal)
Tak hanya menewaskan empat orang anggota keluarga, enam rumah warga juga rusak karena dibakar(Dokumentasi Satgas Tinombal) ()

Pihaknya menyebut kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur ( MIT) yang dipimpin Ali Kalora sensitif terhadap warga setelah dukungan dan logistik semakin berkurang.

Baca juga: Jokowi Tolak Tegas untuk Pulangkan WNI eks Teroris ISIS ke Indonesia, Kalau Saya Bilang Tidak

Baca juga: Densus 88 Tangkap 6 Orang Terduga Teroris di Bima NTB, Pengamanan Ketat Dilakukan

"Mereka memang lebih sensitif terhadap warga karena memang segala support dan logistik, termasuk pada akhirnya selalu mencurigai warga karena dukungan warga kepada mereka tidak ada lagi," ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar dalam Sapa Indonesia Pagi di Kompas Tv, Selasa (1/12/2020).

Boy Rafli mengatakan, bahwa berkurangnya logistik dan dukungan masyarakat membuat kelompok MIT mempunyai niat untuk menyakiti warga.

"Mereka sedikit sensitif melihat warga dan mereka selalu niatnya untuk menyakiti warga," ungkap Boy Rafli.

Boy Rafli mengatakan, selama menjalani pelarian dan persembunyian di Pegunungan Biru, kelompok teroris ini selalu mengandalkan makanan yang ada di dalam hutan.

Akan tetapi, akibat berkurangnya logistik, mereka mulai keluar hutan dan merangsek ke wilayah pemukiman warga sekitar Pegunungan Biru untuk mencari beras.

Menurutnya, jika ada warga yang memberikan logistik, itu sepenuhnya karena di bawah intimidasi kelompok MIT.

"Masyarakat itu dalam intimidasi mereka. Jadi, kalau masyarakat memberi, itu karena dintimidasi," terang Boy Rafli.

Boy Rafli menambahkan, selama melancarkan aksi terhadap warga sepanjang periode 2020, kelompok MIT mempunyai motif untuk merampas materi maupun logistik.

Hasil perampasan itu kemudian dibawa lari ke dalam hutan.

"Intinya mereka mencari materi, mencari uang, mencari bahan makanan, agar mereka bisa bawa untuk bertahan beberapa saat di dalam kawasan hutan Pegunungan Biru," ucap Boy Rafli.

Kasus ini terungkap setelah seorang anggota Polsek Palolo menerima informasi adanya kasus pembunuhan di Dusun Lima Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (27/11/2020).

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved