Sebelum tahun 1990 menjadi Rais sampai kepada Thariqat, Mbah Moen mulai bergabung di NU menjadi kader IPNU pada tahun 1950. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya 1960 di Ansor, lalu tahun 1970 di NU Cabang.
Kepengurusan PWNU Jawa Tengah dilakoni Mbah Moen pada 1980 dan pensiun pada tahun 2000. (Kompas.com/Kontributor Malang, Andi Hartik)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tulis Status Bersukacita atas Wafatnya Mbah Moen, Seorang Pemuda Ditangkap"
Kiai Haji Maimun Zubair atau biasa disapa Mbah Moen meninggal dunia di Mekkah, Arab Saudi, Selasa (6/8/2019), saat tengah menjalankan ibadah haji.
Ia berpulang di Tanah Suci, tanah di mana ia pernah belajar mengaji pada usia 21 tahun.
TRIBUNMATARAM.COM - Pada usia 21 tahun, Maimun Zubair meninggalkan kampung halamannya di Rembang, Jawa Tengah, menuju ke Mekkah, Arab Saudi.
Dikutip dari nu.or.id, di Tanah Suci, Mbah Moen belajar mengaji.
Ia berada di bawah bimbingan Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.
Mbah Moen adalah putra ulama Kiai Zubair.
Ayahnya merupakan seorang alim dan faqih, murid dari Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.
Selain di Tanah Suci, Mbah Maimun juga belajar mengaji di sejumlah pesantren di Tanah Jawa, di antaranya Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim.
• Polri Lakukan Investigasi Listrik Padam: Akibat Pohon Tinggi, Bukan Sabotase atau Human Error
• 6 Fakta Ulama Besar Indonesia KH Maimun Zubair, dari Pendidikan hingga Karir Politiknya
• Kenangan Terakhir Mbah Maimun Zubair Sebelum Wafat, Cium Hajar Aswad & Beri Doa ke Ustaz Solmed
• Meninggal di Mekkah, 5 Fakta KH Maimun Zubair, dari Riwayat Karir, Kisah Masa Muda, Hingga Pemakaman
Saat berguru di Lirboyo, ia juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.
Mbah Maimun merupakan kawan dekat dari Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di Tanah Hijaz.
Selain itu, Mbah Maimun juga mengaji ke beberapa ulama di Jawa.
Para ulama itu di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), dan Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban).
Hingga akhirnya Mbah Moen dikenal sebagai seorang alim, faqih sekaligus muharrik (penggerak).
Ia kerap menjadi rujukan ulama Indonesia dalam bidang fiqh karena menguasai secara mendalam ilmu fiqh dan ushul fiqh.
Kitab-kitab yang pernah ditulisnya, seperti berjudul "Al-Ulama Al-Mujaddidun" menjadi rujukan para santri.
• Jokowi Menantikan Adik dari Jan Ethes, Kabar Kehamilan Selvi Ananda Dikonfirmasi Keluarga: Iya Hamil
Pada 1965, Mbah Moen mulai mengembangkan Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Pesantren ini menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.
Kini, Mbah Moen, kelahiran 28 Oktober 1928, telah berpulang.
Ia meninggal dunia saat tengah menjalankan ibadah haji.
Rencananya, jenazah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu akan dishalatkan di Masjidil Haram.
Setelah itu, jenazah Mbah Maimun Zubair akan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma'la, salah satu tempat pemakaman tertua di kota Mekkah.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Selamat jalan, Mbah Moen...
Berikut 8 Petuah Berbahasa Jawa KH Maimoen Zubair Berikut Terjemahannya, Menggetarkan Hati dan Inspiratif
1. Ora kabeh wong pinter kuwi bener (Tidak semua orang pintar itu benar)
2. Ora kabeh wong bener kuwi pinter… (Tidak semua orang benar itu pintar)
3. Akeh wong pinter ning ora bener… (Banyak orang yang pintar tapi tidak benar)
4. “Lan akeh wong bener senajan ora pinter…” (Dan banyak orang benar meskipun tidak pintar)
5. “Nanging tinimbang dadi wong pinter ning ora bener, Luwih becik dadi wong bener senajan ora pinter…”
(Daripada jadi orang pintar tapi tidak benar, lebih baik jadi orang benar meskipun tidak pintar)
6. “Ono sing luwih prayoga yoiku dadi wong pinter sing tansah tumindak bener.”
(Ada yang lebih bijak, yaitu jadi orang pintar yang senantiasa berbuat benar)
7. “Minterno wong bener..kuwi luwih gampang tinimbang mbenerake wong pinter…”
(Memintarkan orang yang benar .. itu lebih mudah daripada membenarkan orang yang pintar)
8. “Mbenerake wong pinter kuwi mbutuhke beninge ati, lan jembare dhodho.”
(Membenarkan (membuat benar) orang yang pintar itu membutuhkan beningnya hati, dan lapangnya dada)