Cerita Pilu Mbah Kasirah, Nenek Sebatangkara di Ngawi, Tak Dibantu Pemerintah karena Tak Punya E-KTP

Cerita pilu Mbah Kasirah, warga Desa Keras Wetan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, hidup sebatangkara tak pernah dapat bantuan karena tak punya E-KTP.

(KOMPAS.COM/SUKOCO)
Mbah Kasirah (89) warga Desa Keras Wetan Kabupaten Ngawi Jawa,diusia senjanya terpaksa tinggal menumpang di rumah kosong milik warga karena hidup sebatangkara. Maski hidup sebatang kara dan miskin, namun mbah Kasirah tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah karena tak memiliki e-KTP. 

Berikut cerita lengkap kakek Wardi, hidup sebatangkara, buta sejak muda karena terlalu giat bekerja.

Kini, Wardi hanya mengandalkan barang rongsokan untuk hidup meski fisiknya tak lagi mendukung.

Pos kamling berukuran 2X3 meter di Desa Jambangan Kabupaten Ngawi Jawa Timur terlihat sepi, hanya sebuah sepeda tua dan beberapa barang rongsokan yang berceceran di bawah dipan usang yang berlapis plastik bekas baliho kampanye.

 Meski Tertutup, Pernikahan Glenn Fredly & Pedangdut Mutia Ayu Berlangsung Khidmat dengan Pemberkatan

 Kronologi Ibu Hamil Diberi Obat Kedaluwarsa oleh Puskesmas, Sudah Telan 38 Butir Lalu Muntah-muntah

 Cerita Lengkap Ibu Hamil Dapat Obat Kedaluarsa dari Puskesmas, Ada Dua Versi Berbeda Soal Obat RS

 5 Fakta Ibu Hamil Dapatkan Obat Kedaluwarsa dari Puskesmas, Suaminya Dipecat karena Urus Sang Istri!

Kompas.com yang menyambangi “kediaman” Wardi (76) tak menemukan keberadaan kakek sebatang kara yang mengalami kebutaan pada kedua matanya tersebut. 

“Kalau tidak ada biasanya keliling nyari rosok atau nyari pasir di sungai.

Coba cari di sungai di  Utara desa,” ujar Marinem, tetangga di kediaman Mbah Wardi, Senin (19/8/2019).

Wardi (76) warga Desa Jambangan Kabupaten Ngawi hidup terlunta lunta dan meglamai buta terpkasa tinggal di pos ronda karena miskin. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dia harus kerja dari menjadi kuli penggali pasir hingga berjualan barang rongsok.(KOMPAS.COM/SUKOCO)
Wardi (76) warga Desa Jambangan Kabupaten Ngawi hidup terlunta lunta dan meglamai buta terpkasa tinggal di pos ronda karena miskin. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dia harus kerja dari menjadi kuli penggali pasir hingga berjualan barang rongsok.(KOMPAS.COM/SUKOCO) ( )

Kompas.com kemudian menyusuri  jalan desa menuju arah yang ditunjukkan Marinem. 

Di sebuah hamparan persawahan di utara desa terlihat Wardi menenteng sebuah tape recorder tua dengan dibonceng sepeda motor  warga  desa.

Setelah berbincang sejenak terkait tujuan Kompas.com bertemu, Mbah Wardi mempersilakan berkunjung ke kediamannya.

“Saya sudah hampir 20 tahun tinggal di pos ronda ini, sebelumnya tinggal di samping  pagar warga,” katanya.

Yatirin, pemilik warung di depan pos ronda yang ditinggali Mbah Wardi mengaku lebih dari 7 bulan pria yang kedua matanya buta tersebut tinggal di bawah pagar warga. 

 Heboh Kakek 83 Tahun di Tegal Nikahi Gadis 27, Cinta Lama Yuni Shara dan Raffi Ahmad Tak Seberapa?

 Glenn Fredly & Pedangdut Mutia Ayu Gelar Pernikahan Tertutup, Monita Tahalea hingga Saykoji Hadir

 ZODIAK BESOK Ramalan Zodiak Rabu 21 Agustus 2019, Aries Stop Berdebat, Leo Berkuasa, Virgo Waspada

 Jangan Lewatkan Sholat Duha Pagi Ini, Ustaz Abdul Somad Jelaskan Keutamaan, Pahala, Niat & Tata Cara

Karena  sering kehujanan, Mbah Wardi kemudian pindah ke pos ronda di Dukuh Mbebegan yang sudah lama tidak di fungsikan sampai saat ini.

“Sifatnya itu tidak mau merepotkan orang lain.

Ini pos ronda  juga bocor kalau musim hujan, dia tidurnya di emperan rumah saya, disuruh masuk ya tidak mau,” ucapnya.

Mbah Wardi memilih hidup menggelandang dari pos ronda ke posa ronda lainnya setelah istrinya meninggal saat dia berusia 35 tahun.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved